Minggu, 28 April 2013

Behavior Therapy


Nama               : Novi Nolitavia
Kelas                : 3PAO1
Npm                 : 15510056
Mata Kuliah  : Psikoterapi



Metode Behavior Therapy
            Metode dan teknik pendekatan terapi yang didasarkan kepada teori belajar adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Pengkondisian klasik atau pengkondisian responden dari Pavlov, pada dasarnya melibatkan stimulus tak berkondisi (UCS) yang serta otomatis membangkitkan respon berkondisi (CR) , yang sama dengan respon tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus berkondisi (CS), sehingga lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR
            Pengkondisian operan melibatkan pemberian reward kepada individu atas kemunculan tingkah laku yang diharapkan pada saat tingkah laku itu muncul. Dikenal dengan istilah “pengkondisian instrumental”, karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental dapat dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum reinforcement diberikan untuk tingkah laku tersebut.

Tujuan:
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
•    Meningkatkan perilaku, atau
•    Menurunkan perilaku
•    Meningkatkan perilaku:
•    Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
•    Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
•    Mengurangi perilaku:
•    Punishment: memberi stimulus aversi
•    Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
•    Extinction: menahan reinforcer

Teori dasar Metode Terapi Perilaku
•    Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
•    Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning) 
•    Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis 
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien 
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .

Bentuk bentuk terapi Perilaku

1.         Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis adalah teknik yang digunakan untuk menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negative, serta memunculkan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang dihilangkan tersebut.
Dua unsur disensitisasi sistematis, yaitu:
    a.  Relaksasi
         Relaksasi adalah  suatu prosedur pelatihan bagi individu untuk melemaskan otot-otot.
    b.  Hirarki kecemasan
          Adalah sejumlah situasi atau stimulus yang membuat orang mengalami kecemasan
2.         Pelatihan asertif
Dengan pelatihan asertif seorang klien tidak hanya mengurangi kecemasannya akan tetapi sekaligus juga mengembangkan teknik penanggulangan yang efektif. Latihan asertif diberikan secara bertahap, dimulai dari lahitan permainan peran dengan terapis sampai dengan menghadapi situasi kehidupan yang sebenarnya.
3.         Modeling
Penggunaan teknik penikohan dalam terapi perilaku meliputi tokoh yang nyata, tokoh yang dilihat melalui film, atau tokoh dalam imajinasi. Menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi karena melaui peniruan.
4.         Gestalt
Memperbaiki hubungan yang tidak baik antara manusia dan lingkungannya.
5.         Terapi Implosif
Pasien dengan ansietas yang disebabkan situasi, secara langsung dipajankan terhadap situasi tersebut untuk jangka waktu tertentu (flooding) atau dalam imajinasi
6.         Terapi aversi
Pasien diberikan stimulus yang tidak menyenangkan missal suara keras pada saat perilaku yang tidak dikehendaki muncul.
7.         Positif reinforcement


Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.

sumber :
Riyanti, B.P. Dwi dan Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum II. Jakarta: Universitas Gunadarma

Senin, 22 April 2013

Rational Emotive Therapy


Nama              : Novi Nolitavia
Kelas               : 3PAO1
Npm                : 15510056
Mata Kuliah      : Psikoterapi


Metode Konseling Rational-Emotive
Metode konseling rational-emotive adalah lebih menekankan pada peran konselor untuk membantu klien keluar dari kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya, klien yang mempunyai permasalahan menunjukan bahwa kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak logis dan berusaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebabsebab permulaan. Oleh karena itu konselor akan mengajarkan kliennya untuk mengubah pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak logis.

1. Teknik Konseling Rational-Emotive

a. Teknik Emotive 
Menurut Corey (1995) ada beberapa teknik emotif, yaitu: (1) asertive training; digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku sesuai dengan yang diinginkannya, (2) sosiodrama; digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapan dirinya sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis, (3) self modeling, digunakan dengan meminta klien untuk berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. (4) irnitasi,digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi perilakunya sendiri yang negatif. 

b. Teknik Behavioristik 
Ada dua teknik behavioristik yaitu; (1). Reinforment, digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun punishment, (2) Social modeling, digunakan untuk menggambarkan perilaku –perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah. 

c. Teknik Kognitif
Teknik kognitif yang cukup dikenal adalah Home Work Assigmentatau teknik tugas rumah, digunakan agar klien dapat membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku yang diharapkan.(Corey, 1995)

2. Kebaikan dan Kelemahan Terapi Rasional Emotif 
Kebaikan
1. Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan itu perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
2. Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
3. Klien merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan kemajuan dari cara berfikir.
Kelemahan
1. Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logik dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu geliga otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
2. Ada setengah klien yang begitu terpisah dari realiti sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
3. Ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka menerima analisa logik.
4. Ada juga setengah klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya di dalam hidupnya, dan tidak mahu membuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.

3. Langkah-Langkah Terapi Rasional Emotif
1) Langkah pertama
Konselor berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
2) Langkah kedua
Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara pikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.
3) Langkah ketiga
Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
4) Langkah keempat
Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.

4. Ciri-Ciri Terapi Rasional Emotif
Ciri-ciri terapi rasional emotif dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Dalam menelusuri masalah klien yang di bantu nya, konselor berperan lebih aktif di bandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang di hadapi artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan di sesuaikan dengan potensi yang di miliki nya.
2. Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan di pelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.
3. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah Cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
4. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.
5. Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.

Sumber :
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Pendidikan. Bandung: PT Rafika Aditama. (hal 238)
Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia. (hal 89)
Teori Konseling http://enamkonselor.files.wordpress.com/2012/05/rationalemotivetherapy.pdf



Selasa, 16 April 2013

Analisis Transaksional

Nama               : Novi Nolitavia
Kelas               : 3PAO1
Npm                : 15510056
Mata Kuliah     : Psikoterapi


SEJARAH TRANSAKSIONAL ANALISIS 
Transaksional Analisis atau lebih dikenali dengan huruf ringkas TA dibina dan dikembangkan  oleh Eric Berne pada pertengahan 1950an. Pada ketika itu psikoanalisis adalah kaedah terapi  yang paling kukuh diamalkan. Oleh itu tidak hairanlah mengapa Berne sendiri bermula  sebagai seorang analisis. Sebagai pelajar perubatan yang kemudiannya menjadi psikiatris,  Berne sangat berminat untuk mempelajari psikologi ego, Berne sangat tertarik dengan hasil  kajian Pernfiels’s (1952) yang menyimpulkan bahawa keadaan emosi seseorang yang wujud  pada situasi tertentu bukanlah hanyalah kemunculan semula kejadian yang benar-benar  serupa yang pernah dialami terdahulu, tetapi lebih merupakan pengalaman sekarang (in the  present) terhadap ingatan dan pengalaman beserta dengan emosi yang terbit pada situasi  masa lalu. Lanjutan kepada kajian-kajian Penfield (1952), Federn (1952) adalah orang yang  memperkenalkan istilah ‘ego state’ untuk menghurai keadaan ini ‘Ego state’ kekal dalam diri seseorang dan berpotensi untuk muncul pada bila-bila masa sahaja. 

Dengan adanya pengaruh teori komunikasi yang kuat dalam menyelesaikan sesuatu masalah  manusia pada zaman Berne, kita dapat melihat pengaruhnya apabila ia memperkenalkan tiga  ‘ego state’ yang aktif dinamik dan boleh dilihat, iaitu ‘Parent’ ‘Adult’ dan ‘Child’ (PAC). Ketigatiganya dilihat oleh Berne sebagai wujud dalam diri setiap individu. 

ASAS TEORI TA 
Teori TA percaya bahawa ketiga-tiga ‘ego state’ wujud dalam diri setiap individu dan setiap individu pula mempunyai kepeluan semula jadi terhadap belaian atau pengiktirafan yang dipanggil sebagai ‘strokes’. Untuk mendapatkan ‘strokes’ ini individu akan merekacipta 
rancangan untuk mencapainya melaluinya ‘life script’. ‘Life script’ terbina pada zaman kanakkanak berdasarkan kepada kepercayaannya terhadap dirinya dan diri orang lain. kepercayaan individu ini pula terbina hasil daripada caranya berurus dengan orang lain yang 
berulang-ulang. Cara berurus atau berinteraksi dengan orang lain yang berulang-ulang atau ‘stereotped’ ini dipanggil oleh Berne sebagai permainan atau ‘games’. 
Dalam permainan itu individu akan diwakili oleh berbagai sifat ‘ego states’ seperti ‘critical parents’ atau ‘nurturing parents’, ‘adult’ atau ‘free child’ atau ‘adapted child’. Kedudukan ‘ego states’ dalam diri seseorang dipanggil sebagai ‘egograms’ yang mewakili personalitinya. 
Pada asalnya Berne hanya menyebut dua jenis ‘ego states’ iaitu ‘child’ dan ‘adult’, terutamanya apabila melihat ada orang dewasa yang berfikir, berperasaan dan bertingkahlaku seperti kanak-kanak. Beliau melihat ego kanak-kanak mempunyai sifat-sifat kreatif, beremosi, kadang-kadang kuat menentang dan kadang-kadang patuh. Beliau juga menamakan ego kanak-kanak ini sebagai ‘archaeopsyche’. Ego dewasa pula dilihat oleh Berne sebagai realistik dan logikal. Ia menamakannya sebagai ‘neopsyche’. Tindakan ‘neopsyche’ adalah berpandukan kepada kira-kira dan pemprosesan data. Untuk mengenal mana satu jenis ego ini, panduannya ialah dengan meneliti gerak-geri, kata-kata, nada suara dan persembahan diri seseorang. Kemudian Berne melihat adanya tingkah laku seseorang yang bertindak menjaga moral, nilai , kepercayaan, mengawal orang, kritikal dan ambil kisah tentang pertumbuhan orang lain. Sifat-sifat ini sama benar dengan sifat emak, ayah atau yang setara dengan mereka, lalu Berne menamakan keadaan ini sebagai ego ibu- bapa atau ‘exteropsyche’. 

KEADAAN EGO INDIVIDU 
Secara mudah ketiga-tiga keadaan ego itu wujud dalam diri seseorang seperti berikut : 
• Parent (Exteropsyche) 
• Adult (Neopsyche) 
• Child ( Archaepsyche) 
Oleh kerana ketiga-tiga keadaan ego itu wujud dalam diri seseorang, maka sesuatu keadaan ego itu tidak diwakili oleh faktor fizikalnya; tidak kira sama ada orang tua atau kanak-kanak. Apabila ada dua orang berhubung pada satu masa, gambarannya ialah akan jadi seolah-olah ada enam orang yang sedang berhubung. Enam struktur ego akan terlibat dalam ‘transaction’ (mungkin boleh diterjemah sebagai ‘tukar-menukar’ atau ‘jual-beli’). Berne tidak menggunakan istilah ‘communication’ (perhubungan). 

sumber :
Nordin, Kassan, & Mustaffa. (2008). Transaksional Analisis untuk Kauseling Keluarga. Seminar Kaunseling Keluarga. Universitas Teknologi Malaysia.

Pembuatan sistem pakar untuk tes kepribadian menggunakan metode inventori

ABSTRACT             At the present time is the development of technology and communications from time to time experienced increasing rap...